Minggu, 28 November 2010

MA'RIFATULLAH

MA'RIFATULLAH
oleh:KH.TB.A.Khudori Yusuf


Ma’rifatullah bererti mengenal Allah. Mengenal Allah bukanlah bererti mencari tahu tentang zat-Nya,karena mengenal zat-Nya Allah itu adalah perkara yang tidak mungkin. Dalam mengenali Allah, Rasulullah saw menyuruh kepada kita agar memikirkan tentang ciptaan-Nya, tentang tanda-tanda kekuasaan-Nya dengan mengerahkan segala potensi akal,bukan memikirkan zat-Nya.

Khalifah Umar bin al Khattab radhiyallahu ‘anhu suatu ketika lalu di suatu tempat, ia melihat seorang pemuda yang sedang mengembalakan beratus-ratus ekor kambing, khalifah tertegun melihat kerajinan si pengembala, kasih sayangnya dan rasa tanggungjawabnya terhadap binatang gembalaannya.Subhanallah

Khalifah mendekatinya dengan menyamar dengan tidak menapakan dirinya sebagai seorang khalifah, lalu memanggilnya dan bertanya kepadanya: “Wahai anak muda! Aku sangat tertarik pada kambing-kambingmu, bolehkah aku membeli seekor?
Anak muda itu menjawab: “Tidak boleh tuan, ini bukan kambing saya, ia kepunyaan majikan saya”.
Khalifah mengujinya: “Kalau kamu jual seekor sahaja, tentu majikanmu tidak akan tahu”.
Anak itu dengan cepat merespon: “Fa ainallaah ya sayyid? (Maka, dimanakah Allah hai tuan?)…Subhanallah.....

Khalifah terharu dengan jawaban si pengembala dan terpesona oleh takwanya. Ia seorang yang sadar bahawa jika majikannya tidak mengetahui apa yang ia lakukan, pastinya Allah Maha mengetahui, menyaksikan apa yang dilakukan manusia, sekalipun baru terlintas didalam hatinya.

Saudaraku...dari kisah ini kita mendapat pelajaran yang begitu berharga, bahwa orang yang mengenali Allah mata dengan hatinya, dapat merasakan kewujudan-Nya,menyedari peerhatian-Nya, kebersamaan-Nya. ia tidak buta.

Allah berfirman:
72. dan barangsiapa yang berada di dunia ini (dalam keadaan) buta (mata hatinya), maka ia juga buta di akhirat dan lebih sesat lagi jalannya.(Surah al Isra’/17)

46. Yang sebenarnya bukanlah mata kepala yang buta, tetapi yang buta itu ialah mata hati yang ada di dalam dada. (S. al Hajj/22)

Saudaraku...sementara orang yang tidak mengenal Allah,ia buta matahatinya,kita lihat orang-orang yang tidak merasakan kewujuda-Nya Allah,tidak merasa dilihat Allah,tidak merasa diperhatikan oleh Allah,maka ia akan melakukan kemaksiatan,ia akan meninggalkan apa yang diperintahkan Allah,ia akan melanggar apa yang dilarang oleh Allah.

Dengan mengenali Allah, hati cenderung untuk selalu mengingat-Nya, timbullah rasa tenteram dan damai, jiwa terasa dekat dengan-Nya, lahir perasaan aman, kerana yakin dirinya berada dalam perlindungan-Nya, tak ingin berpisah dari-Nya, tumbuh kerinduan kepada-Nya, timbul kecintaan terhadap-Nya, hanyut di dalam penghambaan, hidup penuh kebahagiaan. Kebahagiaan yang bukan bersumberkan kebendaan atau keduniaan.

Bukankah segala benda itu hanyalah sebagai alat, bukankah dunia itu tunggangan? untuk menghantarkan kita ke alam keabadian yakni alam akhirat.DuniaTidak layak untuk dijadikan tujuan. oleh karenanya itu tanamkanlah dalam hati kita yang paling dalamKecintaan hanya untuk Allah, tidak boleh ditukar lalu ditujukan untuk selain-Nya, tidak boleh diberikan untuk dunia, kerana itu adalah mala petaka, kehancuran dan kesesatan.

حب الدنيا رأس كل خطيئة
Cinta terhadap dunia itu adalah puncak dari segala dosa.

Abu Bakar ash Shiddiiq pernah berdo’a: “Ya Allah jadikan dunia ini di tangan kami, bukan di hati kami!"saudaraku...letakanlah dunia di tanganmu bukan didalam hatimu!!!

Ma'rifatullah ialah mengikhlaskan seluruh langkah dalam kehidupan untuk mendapatkan keridha-Nya. Ma'rifatullah Allah ialah menjauhi riya’, ujub yang membawa kepada kesombongan, sifat angkuh yang akan memalingkan hidup dari tujuan asalnya iaitu pengabdian diri kepada Allah, penghambaan diri terhadap-Nya saja, bukan kepada yang lain-Nya. Allah berfirman yang artinya:

.... dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadat kepadaKu. (S. adz Dzariyaat:51)

Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah bagi Allah Tuhan Pencipta sekalian alam

Rabu, 06 Oktober 2010

Samudra Ma'rifat


Perjumpaan kehadiratul Qudsi dengan belaian kelembutan kasih sayang dan keridhoan Ilahi,bisa terjadi karena semata-mata karunia dan anugrah-Nya.Tiada kenikmatan yang terbesar selain ketika seorang hamba bisa berlabuh dalam sebuah perjumpaan kehadhirat ALLAH AZZA WAJALLA,diatas hamparan permadani kedamaian yang penuh Syahdu dalam suasana lautan cahaya ma'rifat,tenggelam kedalam samudra hakikat,berasyik masyuk,bercengkerama dengan KEKASIH SEJATI ALLAH ROBBUL IZZATI.

Tenggelam dalam penghayatan Amal Ibadah adalah suatu ke-Asyikan dan itu adalah ke-MABUK-an….Tenggelam dalam penghayatan akan lantunan Wirid dan Zikir juga adalah suatu ke-Asyikan dan itu pun adalah ke-MABUK-an….Tenggelam dalam Musyahadah akan Allah dalam Ma’rifatullah itu juga suatu ke-Asyikan dan itu pun adalah ke-MABUK-an….Asyik dan hanyut dalam ke-AKU-an yg tiada yg lain selain AKU, itu pun adalah ke-MABUK-an. Dll….dll….dll…..dll….dll….Apa saja yg membawa kepada ke-Asyikan dalam perjalanan menuju kepada Allah dengan hal apapun itu adalah suatu ke-MABUK-an.Dan intinya ke-MABUK-an itu semua…….di dalam perjalalan menuju AL-HAQ (ALLAH SWT) baik dengan Amal Ibadah, lantunan wirid dan zikir, Musyahadah, dll…dll…dll……kesemuanya itu SADAR maupun tiada di-SADAR-i, TAHU atau tiada dike-TAHU-i bahwa : “IA(HAMBA)sedang ASYIK di dalam ke-MABUK-an CINTA kepada TUHANNYA”. Ya…….MABUK CINTA kepada AL-HAQ dan UNIKnya ke-MABUK-an CINTA itu sangat Lembut sekali menghampiri dirinya sehingga tanpa di sadari Ia MABUK itu seolah2 di sebabkan dengan sebab2 yg lain padahal tiada sebab yg lain selain CINTA kepada AL-HAQ, Ya…..CINTA kepada AL-HAQ……AL-HAQ….HAQ…HAQ…..HAQ……Bahkan Azazil pun tanpa di-SADAR-i nya ia itu sangat CINTA kepada Tuhannya sehingga membuat ia CEMBURU BUTA ketika Tuhan melebihkan kedudukan Adam beserta Anak keturunannya di bandingkan dengan dirinya sendiri yang kemudian ber-EFEK Benci dan DENDAM kepada Adam dan Keturunannya. Semua itu di karenakan Azazil telah di serang ke-MABUK-an CINTA kepada Tuhannya dalam Versi “CINTA yang BUTA”, bukan CINTA yang TULUS dan MURNI.pada Saat ke-MABUK-an di dalam CINTA yang TULUS dan MURNI maka Allah sendirilah yng memuji diri-NYA pada lisan Hamba-NYA. Dan ketika itu pula maka leburlah ke-EGO-an diri kedalam Sifat-NYA yang Ar-Rahman Ar-Rahiiim. Maka jika benar sudah demikian kenyataannya PASTI Ia akan menjadi Rahmat bagi sekelilingnya sebagai Cermin dari pada Sifat JALAL, JAMAL, QOHAR dan KAMAL- Nya Allah Swt dan ke-AKU-an menjadi Sirr/Rahasia dalam Diam-NYA sehingga tidak muncul kepermukaan Zahir yang membawa Fitnah bagi sekelilingnya.